Knowledge Sharing: “Knowledge Management”

Posted on Updated on

KS_Djatmiko

Jumat, 18 Juli 2014 bertempat di Ruang Aula Lantai 1 Pusdiklat Keuangan Umum pukul 09.30 WIB, mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) diberikan kesempatan untuk berbagi ilmu dan pengetahuan. Dalam Sambutannya, Kepala Bidang Evaluasi Pusdiklat Keuangan, Pandu Patriadi mengucapkan terima kasih kepada seluruh pejabat, widyaiswara, dan pegawai yang telah hadir serta mahasiswa PPL yang menjadi narasumber sekaligus panitia acara knowledge sharing.

Narasumber pada knowledge sharing kali ini adalah Djatmiko (Konsentrasi Teknologi Kinerja) yang mempresentasikan materi mengenai Knowledge Management: I. Knowledge Management dengan Model SECI (Socialization, Externalization, Combination, Internalization), II. Komponen Knowledge Management Menurut Marc J. Rosenberg, III. Manfaat Knowledge Management, IV. Analisis Kesenjangan Pengetahuan. Setelah sesi tanya jawab dan pembacaan kesimpulan oleh moderator, acara ditutup oleh MC pada pukul 10.30 WIB.

Materi Silahkan Download Disini –>>> KM_CAPACITY_BUILDING_DJ

KM_CAPACITY_BUILDING_DJ_001 

Improvement – The Focus of Learning

Posted on Updated on

PeningkatanII_001

Sepanjang hidupnya, manusia memiliki cerita dan pengalamannya masing-masing. Didalam pengalaman hidup tentu manusia mengalami kegagalan. Orang sukses tidak langsung terlahir sukses. Ada proses dan pengalaman yang ditempuhnya terlebih dahulu. Seperti kisah hidup seorang Walter Conkrite ketika ia menjadi seorang presenter pertandingan sepak bola. Kisahnya mengajarkan bahwa tidak ada jalan pintas menuju kesempurnaan.

Kesempurnaan memang dianggap sesuatu yang sangat sulit untuk dicapai, namun setiap orang selalu menginginkan untuk dapat menjadi seseorang dengan kualitas diri yang sangat baik. Untuk mencapai hal tersebut, seseorang memerlukan peningkatan. Tetapi didalam kehidupan yang dijalani, seseorang tidak hanya mengalami kesuksesan. Setiap orang mengalami kegagalan dan kesulitan dalam hidupnya yang kadang dianggap sebagai sandungan untuk mencapai kesuksesan atau peningkatan tersebut. Kegagalan cenderung sulit untuk diterima dan diakui. Ketika seseorang mengalami kegagalan atau kejatuhan dalam hidupnya, ada beberapa respon yang biasa dilakukan oleh seseorang. Beberapa respon tersebut adalah sebagai berikut.

  • Blow up (meledak-ledak): kita menanggapi kegagalan dengan kemarahan, kebencian, menyalahkan, berusaha merasionalisasi, dan mengkompensasi.
  • Cover up (menutupi): kita berusaha menyembunyikan kesalahan kita untuk menjaga image atau nama baik. Seseorang yang telah berbuat salah dan membiarkan kesalahan tersebut sama saja dengan membuat dua kesalahan.
  • Back up: kita mulai menarik diri dan menjaga jarak dari orang lain yang dapat melihat kesalahan yang telah kita buat.
  • Give up (menyerah): kita menyerah dan tidak berbuat apa-apa terhadap kesalahan tersebut. Kita tidak menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang baik.

Pengetahuan tentang Peningkatan

  1. Meningkatkan diri sendiri adalah langkah awal untuk meningkatkan segalanya

Kesuksesan tidak selalu membawa pertumbuhan personality seseorang, tetapi pertumbuhan personality seseorang akan selalu membawa kita kepada kesuksesan. Pencapaian tertinggi dari kerja keras yang kita lakukan adalah bukan apa yang kita hasilkan, namun menjadi apa kita setelah bekerja keras tersebut.

Kapasitas seseorang untuk meningkatkan kualitas dirinya sangat penting. Penulis Warren Bennis dan Burt Nanus mengatakan bahwa yang membedakan antara seorang pemimpin dengan anggotanya adalah kapasitas mereka untuk mengembangkan dan meningkatkan dirinya. Kapasitas ini juga yang membedakan antara seseorang yang sukses dengan yang tidak.

Dunia terus bergerak dan berkembang dengan cepat. Jikalau kita tidak bergerak, dunia akan mendahului kita dan kita akan tertinggal jauh. Jika kita tidak memulai untuk mengembangkan dan meningkatkan diri kita, kita tidak dapat meningkatkan kehidupan kita, keluarga kita, pekerjaan kita, perkenomian, dan hal lainnya.

  1. Peningkatan mengharuskan kita untuk keluar dari zona nyaman kita

Mengambil sebuah langkah baru, melahirkan sebuah kata baru, itu adalah hal yang paling ditakuti oleh kebanyakan orang. Padahal seharusnya sebaliknya, yaitu takut ketika mereka tidak mengambil langkah apapun. Karena jika kita tidak mengambil langkah apapun, keluar dari zona nyaman dan dari ketidaktahuan, kita tidak akan berkembang dan bertumbuh. Dengan rasa aman dan nyaman yang ada tidak akan membawa kita maju dan keluar dari rintangan yang kita hadapi. Kita harus melepaskan keamanan kita tersebut untu mengalami perkembangan dan peningkatan.

Ada dua hal yang dapat kita lakukan untuk keluar dari zona nyaman kita, yaitu:

  • Menangani keseganan kita untuk berbuat salah

Kebanyakan orang merasa takut berbuat salah. Padahal kita membutuhkan kegagalan agar kita dapat belajar. Ketika kita tidak mengalami kegagalan atau tidak berbuat salah, itu berarti kita terlalu mencari aman. Kesalahan bukan berarti kita merusaknya. Itu menandakan bahwa kita sedang berusaha. Ketika kita dapat menyadari dan mengerti hal tersebut, kita dapat dengan mudah keluar dari zona nyaman kita, mencoba sesuatu yang baru, dan berkembang.

  • Mengatasi hidup yang dikontrol oleh perasaan

Peningkatan diri seseorang bergantung pada komitmen untuk terus bertumbuh walaupun keinginan untuk melakukannya tidak ada. Ciri yang dimiliki oleh orang sukses adalah mereka dapat mengatasi godaan untuk menyerah. Tidak terkontrol dengan perasaan kita berarti kita dapat mengatasi rasa takut, keluar dari zona nyaman, dan mencoba sesuatu yang baru.

  1. Peningkatan tidak puas dengan “quick fixes

Kebanyakan orang mencari penyelesaian yang cepat ketika mengalami kegagalan. Seharusnya yang dibutuhkan adalah kemampuan. Orang yang mencari penyelesaian cepat tersebut berhenti melakukan hal yang benar ketika mereka sudah terlepas dari tekanan. Namun, orang yang mengejar kemampuan tetap melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Pada kenyataannya, pecundang tidak kalah karena mereka fokus pada kekalahannya. Namun karena mereka hanya berfokus pada membiarkan hal itu terjadi.

Peningkatan tidak datang ke orang yang mencari penyelasaian secara cepat, namun datang kepada orang yang melakukannya dengan perlahan tetapi terus menerus dan tetap berusaha untuk menjadi lebih baik. Oleh karena itu, ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu:

  • Menerima kenyataan bahwa peningkatan adalah perjuangan yang tidak pernah berhenti

Kesuksesan adalah hal yang diinginkan semua orang. Ketika kita menginginkan untuk menjadi sukses kita melakukan usaha untuk mencapai kesuksesan tersebut. Dan ketika kita sudah mencapai kesuksesan pertama, kita sudah belajar, tetaplah berusaha untuk mencapai kesuksesan dan pembelajaran yang lain. Ketika kita baru saja memulai perjalanan peningkatan diri kita, jangan pernah berkecil hati dengan keadaan yang sekarang. Keadaan awal kita bukanlah persoalannya. Yang menjadi persoalan adalah dimana kita akan berakhir nantinya. Dan bagaimana kita tetap berjuang terus menerus dalam pertandingan meningkatkan diri kita.

  • Menerima kenyataan bahwa peningkatan merupakan hasil dari langkah-langkah kecil

Kebanyakan orang sekarang mencari rahasia untuk menuju kesuksesan yang sebetulnya hal tersebut tidak akan bekerja begitu saja. Kesuksesan kebanyakan datang bukan dari sebuah nasib yang besar, namun dari hal yang sederhana, yaitu kemajuan yang naik terus menerus. Kemajuan kecil akan menjadi sebuah perubahan yang besar seiring dengan berjalannya waktu. Peningkatan diperoleh dengan hal-hal yang kecil.

Ketika kita melihat orang yang sudah sukses, kita cenderung beranggapan bahwa kita tidak mungkin menjadi sesukses mereka. Kita menilai bahwa diri kita memiliki jarak yang terlalu jauh dari meeka. Namun kita tidak pernah menyadari bahwa orang sukses tersebut telah melalui banyak langkah kecil yang mereka menangkan untuk mengalami peningkatan dalam diri mereka. Mereka percaya akan setiap langkah kecil yang terjadi dalam kehidupan mereka. Kebanyakan orang tidak melihat hal tersebut, mereka hanya melihat akumulasi pada hasil akhirnya.

Garis batas antara kegagalan dan kesuksesan sangat tipis, sampai terkadang tidak telihat oleh kita. Banyak orang yang melepaskan kesuksesannya karena mereka berhenti melangkah ketika mereka hanya membutuhkan satu langkah kecil lagi menuju kesuksesannya.

  1. Peningkatan adalah komitmen setiap hari

Ketika kita menginginkan peninngkatan, perkembangan yang terus menerus harus menjadi kebiasaan. Kebiasaan adalah sesuatu yang dilakukan secara berkelanjutan, bukan hanya sesekali. Motivasi mungkin saja dapat membuat kita melakukan sesuatu, namun kebiasaan yang positif membangun dan melatih kita untuk tetap mengembangkan diri kita.

Ada dua hal yang dapat membantu kita untuk menjadikan peningkatan sebagai komitmen yang dilakukan setiap hari. Yang pertama adalah intention atau bertujuan. Setiap hari kita bertujuan untuk mendapatkan suatu peningkatan. Hal ini akan membangun mind-set kita untuk mencari sesuatu yang dapat meningkatkan diri kita setiap hari. Yang kedua adalah contemplation atau perenungan. Waktu sendiri merupakan waktu yang tepat untuk melakukan pengembangan diri sendiri. Melakukan self-talk yang positif mengenai tantangan yang kita hadapi, pengalaman, dan pengamatan yang kita lakukan dapat menumbuhkan perspektif yang baik untuk diri sendiri.

Ada tiga pertanyaan yang dapat kita ajukan pada diri sendiri ketika melakukan perenungan, yaitu:

  • Apa yang telah saya pelajari hari ini? Hal apa yang telah berbicara ke hati dan pikiran saya?
  • Bagaimana saya bertumbuh hari ini? Hal apa yang telah menyentuh hati saya dan mempengaruhi tingkah laku saya?
  • Perubahan apa yang akan saya lakukan? Ketika saya tidak dapat menyatakannya secara spesifik apa yang akan saya ubah, saya tidak belajar apapun.

Make Improvement Intentional

Untuk melakukan pengembangan dan peningkatan, mulailah dengan melakukan tiga hal berikut ini.

  1. Menentukan bahwa Kita Layak untuk Berkembang

Untuk mengembangkan diri sendiri, kita harus percaya bahwa kita dapat berkembang. Pengembangan diri berarti kita percaya bahwa kita layak untuk sebuah usaha, waktu, dan tenaga untuk membangun diri kita sendiri. Berarti kita melakukan investasi didalam diri kita sendiri sehingga kita dapat membangun potensi diri.

Kita tidak memerlukan mimpi orang lain dan tidak perlu menjadi seperti orang lain. Setiap hari kehidupan menantang kita untuk membangun kemampuan dan keahlian kita. Kita dinyatakan sukses ketika kita dapat meraih pencapaian tertinggi dari kemampuan yang kita miliki, ketika kita dapat memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki. Kehidupan tidak mengharuskan kita selalu menjadi yang teratas, namun kehidupan mengharuskan kita untuk melakukan yang terbaik dan berkembang dalam setiap level pengalaman yang sedang kita jalani.

  1. Pilih Sebuah Area untuk Dikembangkan

Kita membutuhkan fokus ketika kita menginginkan sesuatu. Ketika kita ingin kaya, kita akan mendapatkannya. Ketika kita ingin menjadi orang baik, kita akan mendapatkannya. Ketika kita ingin belajar, kita pun akan belajar. Namun mintalah untuk satu hal secara terpisah, dan jangan meminta banyak hal yang bertentangan dalam waktu yang sama. Kita memiliki banyak waktu untuk mengembangkan berbagai macam area yang ada didalam hidup kita. Fokuslah pada satu area dapat mendekatkan kita pada tujuan hidup dan kita dapat memfokuskan pula kekuatan kita pada area yang ingin kita kembangkan tersebut. Lakukan pula dengan perlahan dan terus menerus. Tidak usah terburu-buru. Kita selalu menaksir terlalu tinggi akan apa yang dapat kita lakukan dalam satu hari atau satu minggu. Namun kita selalu pesimis akan apa yang dapat kita lakukan dalam satu tahun atau waktu yang lebih lama.

  1. Temukan Kesempatan untuk Berkembang di Saat Kebangkitan dari Kegagalanmu

Belajar dari kegagalan merupakan salah satu hal yang penting menuju kesuksesan. Terkadang beberapa pelajaran tidak dapat menunggu. Ketika kegagalan terjadi dan kita tidak menilai dengan baik apa yang salah, kita dapat kehilangan kesempatan untuk belajar. Dan ketika kita menia-nyiakan kesempatan untuk belajar, kita mungkin akan mengalami kegagalan lagi.

Kita adalah apa yang kita alami hari ini, karena kita hari ini adalah apa yang kita alami kemarin. Dan apa yang kita pikirkan hari ini menentukan apa yang kita lakukan pada esok hari. Pengetahuan dapat datang dari bahan pelajaran, namun kebijaksanaan datang ketika kita mempelajari dan berkembang dari kesalahan yang kita buat.

Kita masih dalam proses perkembangan kita masing-masing. Ketika kita berbuat kesalahan, itu bukan karena kita lalai atau tidak berharga. Kita hanya tidak melakukan sesuatu dengan benar karena kita belum mengembangkan dengan baik pada beberapa bagian. Dan hal tersebut dapat memotivasi kita untuk teus berkembang dan bertumbuh. Dan ketika kita tidak mengetahui sesuatu, itu merupakan kesempatan untuk mencoba mengembangkan area yang baru.

DONWLOAD MATERINYA DISINI… IMPROVEMENT – The Focus of Learning

5 Tips for Designing E-learning for Adults with Low Education Levels

Posted on

When designing e-learning for adult learner populations with low education levels, it’s essential to consider all the instructional design and multimedia elements, and how they work together to support this unique audience’s learning. Here we have compiled five tips from a recent project to help you create effective e-learning courses for ESL and similar learners.

bigstock_Office_Life_-_Happy_People_Hav_4098282

Designing an Effective E-learning Course for ESL and Adult Learner Populations with Low Education Levels

As an instructional designer, you have a lot of variables to take into consideration to create a successful e-learning course. One of the most important variables to learn about is your audience. During analysis, it’s critical to get a good understanding of the learner demographics—age, gender, computer proficiency, language skills, and education level.

Recently, our instructional design team at SweetRush took on the challenge of designing a series of e-learning courses in which the learner audience was a bit different than usual. Often our courses are written for individuals with at least a high school education, and sometimes a college education and several years of professional work experience as well. For this e-learning project, our learner population included many English as a Second Language (ESL) learners, who read at a fifth-grade level in their native language and with even less proficiency in English. During the analysis phase, we also discovered that many learners were not very computer literate.

My team of instructional designers put their heads together to come up with some concrete, global guidelines for this particular audience, and I was pleased with the results.

Reach Your Audience: Five Tips for Designing E-learning for Adults with Low Education Levels

1. Design a simple e-learning user interface
Avoid complex, non-intuitive navigation. “Easter eggs” can add a bit of fun sparkle to a course, but can be confusing or easily missed by learners who are not as computer savvy, or those who need to focus all of their attention on the content itself. Also, make sure buttons are labeled within the interface, and that the learner has access to simple orientation and navigation instructions that can be reviewed at any time.

2. Write using simple, short sentences.
Add pronunciation guidelines for more challenging words or industry-specific terminology.

3. Maximize the use of visuals such as infographics and relevant stock photos.
A picture speaks a thousand words and with any audience, imagery helps the message stick.

4. Use on-screen text and visuals that support the audio.

  • Let the audio drive the page, while key text and related graphics support the message.
  • Your audio should not exactly match the on-screen text.
  • Be sure your audio is not addressing Topic A while the text on-screen focuses on Topic B; this can be confusing for all learners, and even more so for this audience. Two simultaneous messages will result in no message being delivered.

Check out an earlier blog of mine for a more in-depth discussion on audio scripts for e-learning courses: Press Play: 5 Tips for Writing Audio Scripts.

5. Provide a supplemental full audio transcript.
An audio transcript allows learners to see the written audio script in case they need to digest content at their own pace. Be sure to make learners aware of this e-learning course feature as part of the orientation guidelines.

Of course, there are other features you could add to take things to the next level with this type of audience, such as animations and video to help support content visually. Gaming elements, like points for quizzes, could add engagement as well, but be mindful to keep them simple. In our case, the team focused on nailing the basics; our budget was limited and the timeline was somewhat aggressive—a common situation for many of us!

http://elearningindustry.com/5-tips-designing-e-learning-for-adults-low-education-levels

Building Successful Organization With KM

Posted on

KM_CAPACITY_BUILDING_DJ_001

Knowledge management atau yang biasa disingkat dengan KM merupakan pendekatan yang menyajikan proses transformasi budaya dalam organisasi. kenapa saya menyebutkan transformasi budaya? karena biasanya dalam organisasi atau lembaga masih sedikit sekali kemampuan untuk membagikan ilmu pengetahuannya. Jangankan berbagi pengetahuan biasanya malahan terjadi kurangnya pendekatan antara karyawan dengan karyawan, karyawan dengan atasan. maka yang terjadi adalah kurangnya komunikasi di organisasi yang seperti kebayakan organisasi lain.

kemampuan komunikasi didalam organisasi seharusnya dirancang dan dikelola dengan baik sehingga bisa bermanfaat bagi organisasi atau lembaga itu sendiri. dapat dikatakan bahwa organisasi yang memanfaatkan kemampuan tiap-tiap individu didalamnya merupakan pemenang bagi oraganisasi itu sendiri.

dalam melaksanakan KM memerlukan Dua syarat penting yang perlu diperhatikan. satu adalah kemampuan untuk mau berbagi pengetahuan. ini merupakan hal penting karena dalam proses menularkan pengetahuan yang kita miliki maka kita diharuskan dapat mengelola pengetahuan tacit kita menjadi pengetahuan eksplisit yang dapat dipahami dengan mudah oleh orang lain.

Dengan cara apa kita bisa berbagi pengetahuan? caranya mudah simple bisa dengan lisan berupa diskusi atau obrolan ringan atau dengan format atau sistem pertemuan yang dibentuk berkala misalnya diadakan pertemuan diskusi satu minggu sekali membahas permasalahan kinerja.

Lalu bagaimana lagi caranya selain lisan? bisa juga mengunakan teknologi atau infrastruktur yang sengaja dibangun untuk bermanfaat bagi organisasi misalnya kita membuat sistem dengan LAN akses jadi informasi didalamnya dimaksudkan hanya untuk orang dalam lembaga saja. sebenarnya masih banyak lagi cara untuk mengembangkan kemampuan berbagi pengetahuan.

Download Materinya Disini…